"Setabah Kelapa 1"
Makassar 2004
Description: Lukisan pertama dari lima karya penutur di tahun 2004. Lima batang pohon kelapa simbol lima orang anak dan remaja di sekitar rumah Ros Magdalena yang suka berkumpul di studio gambar kami. Awalnya 12 orang, tersisa 5 yang sepertinya setabah akar pohon kelapa saat diterpa badai, termasuk putra bungsu Ros Magdalena yang meninggal dunia setelah terinfeksi HIV lewat jarum suntik semasa dalam tahanan, seorang lagi tertangkap tangan sedang melakukan curas, yang ketiga kasus narkoba, yang keempat memilih jadi tenaga honorer PNS. Akhirnya cuma satu yang mau benar-benar memanfaatkan 'inkubator' gratis, komputer grafis, alat sablon, kerajinan, lisensi distributor VCO, dan alat pertukangan di studio. Sekarang punya studio juga, salon kecantikan yang dikelola istrinya.
Dari sini kami belajar tentang membantu orang lain bertumbuh dan berkembang, prinsipnya sama dengan menolong orang dalam kondisi darurat. Pastikan dahulu diri yang mau menolong sudah selamat, kemudian pastikan orang yang butuh pertolongan juga ingin menolong dirinya, dan inginkan pertolongan.
Lakukan karena harus, bukan ingin. 'Ingin' selalu disusupi perasaan lebih berdaya, lebih baik, dan merasa paling mampu menolong, para ahli menyebutnya perilaku 'toxic positive', kebalikan 'toxic negative' yang menolong karena menuntut balasan atau manfaat setimpal. Kedua situasi tersebut hanya berada di permukaan, tanpa lampiran-lampiran manipulatif, yang terjadi sebenarnya kondisi saling tolong-menolong.
Lukisan 'Setabah Kelapa' kami sumbangkan ke sebuah kafe di Makassar tahun 2016. Kafenya tutup 2018, lukisannya entah ada di mana sekarang.
Medium: Cat minyak di atas kanvas.
Size: 50 x 30 centimeter.