"Petruk pareidolia 2"
Bayunggede, 2011
Keterangan: Pareidolia adalah kecenderungan perseptual untuk memaksakan interpretasi yang bermakna pada stimulus visual yang samar-samar, biasanya, sehingga seseorang melihat suatu objek, pola, atau makna di tempat yang sebenarnya tidak ada. (Sumber: Wikipedia).
Foto pareidolia pertama yang saya ambil, adalah "Wajah Petruk" di Bayunggede Kintamani, Bali 2011. Hanya 2 frame, karena "Wajah Petruk" itu gestur seorang lelaki tua saat membakar rokoknya.
Petruk dan punokawan, yang tidak ada dalam Mahabharata versi India asli, dianggap sebagai ciptaan asli Jawa. Batara Ismaya Krama merinci asal usul Petruk sebagai berikut.
Ia pada mulanya adalah seorang raksasa bangsawan yang dikenal dengan nama Bambang Pecruk Panyukilan. Dia humoris namun cepat berkelahi, senang bercanda tetapi seorang pejuang yang pemarah. Suatu hari, dia meninggalkan rumahnya untuk menguji kekuatannya. Bertemu Bambang Sukakadi, dia menantang Bambang untuk bertarung. Keduanya bertarung untuk waktu yang lama, sampai akhirnya seluruh tubuh mereka dipenuhi memar dan keduanya kehilangan penampilan tampan mereka. Pertarungan baru berhenti setelah Bagong dan Smarasanta datang bersama Semar; Semar memerintahkan para pejuang untuk berhenti dan bergabung dengannya sebagai murid-muridnya. Selanjutnya Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukakadi menjadi Gareng.
Nama Petruk berasal dari kata “Fatruk” yang artinya tinggalkan segala sesuatu kecuali Tuhan. Karena orang Jawa sulit mengucapkan kata itu, Petruk muncul untuk menggantikan kata Fatruk. Namun tidak mengurangi makna filosofi dari sosok ini. Kemunculan Petruk begitu terkenal di kalangan masyarakat Jawa dari kalangan pejabat hingga masyarakat biasa. Banyak orang yang menunggunya karena Petruk dikenal membawa dan memberikan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan agama bagi masyarakat saat itu di masyarakat.
Kode: DA-00038
Medium: Digital files.
Resolusi: 3200x2134 pixel, 300 dpi