Setahun lebih lima bulan, sejak draf “Angin Barat” tanggal 22 Februari 2022 kami muat di website ini. Akhir Juni (29/6/2023) kemarin, mulai kembali menyusun kumpulan orat-oret kisah hidup Ros Magdalena.
Tetap pada rencana semula, versi web merupakan Buku I (dari beberapa seri) yang akan kami gunakan menggalang dana dari para pembaca untuk menuntaskan 3 (mungkin sampai 4) buku lain, tentang kisah hidup dari tokoh-tokoh utama yang ikut membentuk kisah Ros Magdalena.
Penggalangan dana ini berbatas waktu sampai tautan donasi dihilangkan, sembari mengusahakan sendiri kebutuhan untuk menyelesaikan draf, tanpa harus membuat proposal permintaan bantuan atau donasi kemanapun.
Format tulisan yang kami muat di website, sedikit berbeda dengan kisah yang akan diterima oleh pemberi donasi. Lebih banyak ilustrasi, dalam format e-book, dan mungkin tambahan ucapan terima kasih berupa lukisan dan foto karya kami yang menjadi ilustrasi dalam novel.
Ada atau tidak donasi, kami tetap akan menulis dan menyelesaikan novel ini, dengan memaksimalkan sumberdaya yang ada.
Banyak yang terjadi selama 17 bulan, nyaris sebanyak pengulangan sejak dari bertahun-tahun silam yang tidak mengubah apa-apa sampai hari ini. Diulang-ulang, walau akumulasi tindakan melampaui batas dan konsekuensinya semakin berlipat-lipat, belum ada yang mengambil pelajaran.
Tidak demikian dengan kami. Menyelesaikan draf novel biografi Ros Magdalena bagian dari pelajaran yang bisa kami ambil, yang mungkin berguna bagi yang lain.
Kalau kebohongan butuh fabrikasi dan pembela, sementara kejujuran tidak perlu dibuat-buat dan sanggup berdiri sendiri, maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mengisahkan kisah hidup Ros Magdalena sebagaimana adanya. Seorang perempuan biasa yang memasang badan membela putrinya yang memutuskan bekerja di tempat hiburan malam, di hadapan para penipu, pencuri, pembohong, pemabuk, pezina, penjudi, koruptor yang merasa berhak menghakimi keluarganya.
Sebagian manusia merasa yakin sanggup menggugat takdir, memandang manusia lain alat dan pijakan mencapai takdir yang diinginkan. Tidak demikian halnya dengan Ros, sejak mengenal satu-satunya cara mengubah takdir yang tidak bisa diubah adalah dengan menerimanya. Menerima takdir dan nasib sebagai anak buangan tanpa orang tua biologis yang jelas, adalah ruang di mana dia bebas menata isinya sesuka hati, sebahagia yang ia mau dan mampu.
Ketika ibu-ibu tetangganya sibuk berkompetisi, berusaha menjadi yang-paling-ter. Dia malah sibuk menghilang bersama suaminya, melepaskan semua pengait yang menghalangi mereka menyambut terbenamnya matahari dan menuntaskan hidup.