Kappa, negeri imajiner Ryunosuke Akutagawa, yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri tidak lama setelah menulis secara singkat novel “Kappa” 83 tahun lalu, negeri dimana anak manusia sebelum lahir ke bumi boleh memilih mau lahir atau tidak.
Kita hidup di dunia dengan beragam sekat dan dinding, dibangun di atas kebencian yang diwariskan turun temurun, dibungkus legalitas palsu atas nama ras, suku, golongan bahkan religi untuk saling bunuh, saling benci, saling hujat dan memonopoli Tuhan sambil sesekali merasa pantas bertindak keji atas nama-Nya.
Kita memang tidak bisa memilih akan lahir di balik tembok yahudi, arab, nasrani, muslim atau atheis, tetapi kita bisa memilih akan membuat dunia ini jadi lebih baik atau lebih buruk, dengan meneruskan kebencian turun-temurun atas nama apapun itu, dan melupakan persamaan universal, -demi Tuhan!- kita ini manusia, bukan binatang di mana yang kuat memangsa yang lemah.
Tidak perlu menjadi seorang Sidharta Gautama untuk itu. Tidak perlu menjadi seorang Bunda Theresa untuk itu, tidak perlu menjadi seorang Daud Beureueh untuk itu. Mereka luar biasa karena peduli pada hal-hal biasa yang tidak dipedulikan orang kebanyakan. Nama-nama itu bahkan tidak pernah memikirkan kebesaran namanya. Kita cuma perlu peduli.
Aku menangis saat orang-orang berani itu diserbu karena –dengan besar kepala kuanggap– meneruskan “rasa peduli” kita, mereka berusaha mencapai apa yang cuma bisa kita tangisi dari jauh, orang-orang berani yang bisa mengurangi rasa bersalah di dada saat makan siang, sementara penduduk Gaza belum tahu malam nanti masih punya rumah atau tidak.
Hari ini aku tidak mau meneruskan kebencianku. Untuk sebidang tanah membunuhi yang lain, atas nama tanah yang dijanjikan Tuhan mereka menindas. Tuhan bagai tuan tanah. Suatu hari nanti, mereka akan bertemu Tuhan untuk berdebat seperti mereka mendebat Musa.
Aku juga tidak ingin lahir di Kappa agar bisa menolak lahir di dunia yang disempitkan oleh pemikiran penghuninya sendiri. Aku percaya kita dilahirkan di sini, di bumi ini bukan hanya untuk mengambil manfaat tapi juga bermanfaat bagi kehidupan sekitar, sekecil apapun itu.
_____
Keterangan Foto: “Kepompong Emas 1“